Sabtu, 22 Januari 2011

profil Ahmad Sadali

Ahmad Sadali Lahir di Garut Jawa Barat tanggal 29 Juli 1924
Pendidikan :HIS Boedi Prijaji di Garut (1938),
MULO Pasoendan, Tasikmalaya (1941),
AMS dan SMT di Yogyakarta (1945),
Fakultas Teknik Universitas Indonesia jurusan Seni Rupa di Bandung (sekarang ITB),
Departement of Fine Arts,
State University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat,
Arts Teachers College, Columbia University,
New York, Amerika Serikat,
Art Student League,
Profesi : Dosen ITB (1953),
Pembantu Rektor urusan Kemasyarakatan ITB,
Profesor Seni Rupa,
Pelukis,
Pematung


Ahmad Sadali putra dari Haji Muhammad Djamhari dikenal hampir semua orang. Ia saudagar batik, pengusaha percetakan, pemilik sawah dan kebun. Karena itu, tak ada kesulitan menyekolahkan Dali dan saudara-saudaranya.

Mulai mengikuti pameran bersama pada 1951. Sejak itu Dali mencatat hampir 40 kali pameran, tujuh diantaranya pameran tunggal. Ia menerima anugerah seni dari pemerintah Indonesia, dan dianggap sebagai salah seorang perintis seni lukis abstrak Indonesia. Imajinasi abstrak yang total merupakan pegangan kreasi Sadali yang kemudian terjelma dalam susunan warna yang jernih. Dengan aksentuasi pada warna emas perada, yang mengisi dan membentuk bidang-bidang.


Warna-warna, kepingan-kepingan, bersit-bersit kejutan dari torehan emas perada, arahnya masih tetap satu, misteri. Sesuatu yang tak terjangkau, tetapi yang amat besar dan berkuasa. Sadali tak habis-habisnya menjangkau kebesaran Ilahi. Lukisan-lukisannya kadang kala memang boleh dicurigai, karena bertopang pada sesuatu yang menyebabkan orang harus memperhitungkannya. Ia bicara tentang sesuatu yang samar, sesuatu yang agung dan indah. Tetapi karena teknik dan intensitasnya telah mencapai kadar tertentu sehingga kita merasa ada kejujuran dalam pencarian, ia jadi meyakinkan. Sadali mengantarkan kita ke kaki Tuhan dengan bidang-bidang yang kaya, berwarna dan tak kehilangan emosi. Ia menjalin hubungan kita dengan dunia yang tak pernah benar-benar terjangkau itu.



Bukan hubungan atasan-bawahan, bukan hubungan kering, melainkan mesra. Rasa ketulusan dan kesungguhan tidak buyar karena nyala warna. Kemanisannya tak mengurangi kegempalannya. Pada 30 Desember 1978, lukisannya terpilih sebagai satu di antara tiga lukisan terbaik (bersama Lian Sahar dan Srihadi) pada Pameran Besar Seni Lukis Indonesia di TIM, Jakarta. Dalam lukisan yang berjudul Bidang Omber dan Sisa-sisa Emas, Sadali tampil dengan latar gelap kehitaman. Di sana sini pada tempat yang tepat, ada pancaran warna emas. Komposisi lukisan vertikal pada bidang gambar yang horisontal.



Menikah dengan Atikah, profesor yang senang musik klasik, membaca dan bertamasya ini merupakan ayah seorang anak tunggal lelaki. Ia mengetuai Komite Nasional untuk International Association of Arts dan Pusat Perhimpunan Kebudayaan Indonesia-Prancis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar